Thursday, 19 March 2009

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung

Judul :Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas VIII SMPN 6 Kulisusu)




Latar Belakang

Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan dan ditemukan solusinya. Diantara berbagai masalah yang ada, masalah kualitas pendidikan/hasil belajar siswa merupakan topik yang sangat menarik dan tidak pernah habis dibicarakan dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pengajaran yang diterapkan pada siswa khususnya dan sekaligus indikator untuk menilai kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya.

Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul perubahan tingkah laku positif pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Untuk memperoleh pembelajaran yang berhasil maka guru sebagai elemen penting dalam kegiatan pembelajaran harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai elemen penting dalam proses belajar mengajar harus berperan aktif dengan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan serta melakukan refleksi terhadap pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, sehingga siswa merasa tidak bosan dan bahkan selalu termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Dari hasil observasi dan diskusi awal dengan beberapa guru matematika di SMP Negeri 6 Kulisusu diperoleh informasi bahwa motivasi belajar matematika masih rendah. Hal ini terlihat pada saat siswa mengikuti pelajaran menampakkan sikap kurang bergairah, kurang bersemangat, dan kurang siap mengikuti pembelajaran, suasana kurang aktif, interaksi antara guru dengan siswa sangat kurang apalagi antara siswa dengan siswa, siswa cenderung pasif, hanya menerima apa saja yang diberikan guru. Motivasi dan aktivitas belajar siswa yang masih rendah dalam mengikuti pelajaran selama ini diduga sebagai penyebab sehingga tingkat penguasaan siswa pada konsep/materi yang diajarkan dari tahun ketahun masih rendah. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari nilai rata-rata UAN matematika tahun ajaran 2006/ 2007 masih rendah yaitu 5,08. Dari kondisi ini guru sebaiknya berefleksi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran.

Rendahnya perolehan rata-rata prestasi belajar Matematika, salah satunya disebabkan oleh metode pengajaran yang diterapkan guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi informasi, karena metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian guru yang mengajarkan materi tersebut. Dalam kurikulum matematika diharapkan sebaiknya membangkitkan kreativitas siswa agar siswa tersebut belajar aktif, dimungkinkan konsep-konsep Matematika yang diajar sudah dipahami dengan baik. Oleh sebab itu dalam memilih metode sebaiknya guru mengacu pada cara kerja siswa aktif sehingga diharapkan metode mengajar yang digunakan lebih efektif.

Metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung merupakan salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi masalah dalam proses belajar mengajar. Melalui metode ini siswa dalam mempelajari materi pelajaran dimodelkan atau dipresentasikan lebih dahulu oleh guru secara tahap demi tahap dan terstruktur mulai dari materi yang sifatnya sederhana menuju ke materi yang sifatnya lebih kompleks. Agar setiap siswa dapat menyelesaikan masalah pada konsep yang kompleks maka diberikan pelatihan lanjutan namun masih berada dibawah bimbingan guru.

Bertitik tolak dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui penelitian tidakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung (Penelitian Tindakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu)”




D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas XII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat?”

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

“Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kulisusu pada pokok bahasan Bilangan Berpangkat melalui metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung”.




F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagi guru, ia dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar konsep bilangan berpangkat sehingga dapat dipahami oleh siswa dengan baik.

Bagi siswa, sebagai bahan evaluasi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar utamanya hasil belajar matematika.

Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika

Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang menyangkut topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.









G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman tentang judul dalam penelitian ini, maka penulis mencoba mendefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Metode latihan berstruktur adalah metode mengajar dengan memberikan soal-soal latihan yang dimulai dengan soal yang mudah menuju soal-soal yang sulit terhadap apa yang telah dipelajari siswa serta memberikan penjelasan terhadap materi yang belum dipahami siswa sehingga siswa memperoleh keterampilan tertentu.

2. Model pengajaran langsung adalah suatu pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik.

3. Prestasi belajar matematika adalah nilai yang diperoleh dari siswa setelah mempelajari materi pelajaran yang diukur dengan tes hasil belajar matematika.

H. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar Mengajar

Menurut USMPn (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Whitaker dalam Sumanto (1990) menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian disimpulkan bahwa belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi dalam diri siswa kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang dimaksudkan dalam belajar adalah adanya perubahan tingkah laku anak didik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil.

Proses belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar dan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Hal senada diungkapkan USMPn (1993:6) bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada siswa.
















2. Pentingnya Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “ motif “ yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan

Menurut Purwanto (1995: 73), motivasi adalah suatu usaha yang didasari untuk menggerakan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Selanjutnya, Passang dalam Hutabarat (1999: 26) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan sesuatu. Pendapat tersebut selaras dengan ungkapan Hudoyo (1996: 3) yang mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada dalam diri individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Motivasi dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi intrinsik megacu pada faktor-faktor dari dalam diri siswa yang mendorong untuk belajar, sedang motivasi ektrinsik mengacu pada faktor-faktor dari luar yang mendorong siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar. Motivasi intrinsik sifatnya lebih kekal pada diri siswa dibandingkan dengan motivasi ektrinsik, tetapi sama-sama sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah motivasi. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang mempunyai peran dalam menumbuhkan gairah, merasa senang dan mempunyai semangat untuk mengerjakan sesuatu. Bagi siswa, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada dalam dirinya untuk menimbulkan semangat dalam kegiatan belajar sehingga tujuannya tercapai. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran maka akan mampu menunjukkan prestasi yang baik, begitupun sebaliknya (Sardiman, 1995: 95).

Untuk dapat mencapai tujuan belajar yang optimal, selain motivasi yang bersumber dalam dirinya, siswa pun memerlukan rangsangan dan dorongan dari orang lain (motivator). Hal ini disebabkan karena motivasi dari luar diri siswa mengakibatkan siswa mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam mencapai cita-citanya tersebut. Ini berarti motivasi dalam kegiatan belajar memiliki arti yang sangat penting dalam mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya.

Menurut Dimyiati (1999:85) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, (2) menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebaya, (3) mengarahkan kegiatan belajar, (4) membesarkan semangat belajar, (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannyasedemkian rupa sehingga berhasil. Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

Selanjutnya Dimiyati (1999:85) menjelaskan bahwa motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:
(1) membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2) memahami jenis-jenis motivasi belajar siswa, (3) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti fasilitator, instruktur, teman diskusi, dan (4) memberi peluang kepada guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis.




3. Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yakni “prestizie” yang berarti apa yang telah diciptakan atau hasil pekerjaan. Pada dasarnya prestasi belajar itu diperoleh melalui proses belajar, dimana proses belajar bukan hanya mencatat, membaca dan tidak pula hanya sekedar menghafal melainkan harus dimengerti dan dipahami tentang apa dan bagaimana sesuatu itu dipelajari.

Winkel (1984:162) mengartikan kata prestasi sebagai bukti keberhasilan usaha yang dicapai. Sedangkan Nasution (2001:39) menyatakan bahwa prestasi adalah penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran, yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Dengan demikian prestasi merupakan hasil yang telah dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan. Dan prestasi belajar adalah prestasi yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang setelah yang dicapai karena telah melakukan usaha belajar yang optimal.

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal atau bersumber dari siswa itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor internal tersebut meliputi prasyarat belajar yaitu pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, ketrampilan belajar yang dimiliki siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian, dan mencari sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan, sikap, cita-cita dan hubungannya dengan orang lain. Faktor eksternal antara lain meliputi proses belajar mengajar, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar adalah hasil-hasil yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Hasil-hasil yang dicapai siswa tersebut terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) aspek kognitif yang mencakup ketramplan intelektual,
strategi-strategi kognitif dan informasi verbal, (2) afektif yang berhubungan dengan sikap, dan (3) psikomotor yang berhubungan dengan ketrampilan-ketrampilan motorik. Hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru baik dilakukan melalui tes tertulis maupun lisan.

Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah tigkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antar berbagai faktor. Jika dikaitkan dengan Matematika, maka prestasi belajar Matematika merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap pelajaran Matematika setelah proses belajar mengajar matematika dalam selang waktu tertentu yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari hasil belajar Matematika.




4. Metode Latihan Berstruktur

Metode latihan berstruktur merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan berstruktur terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh keterampilan tertentu. Pemberian latihan dilakukan setelah siswa memperoleh konsep yang akan dilatihkan. Soal-soal yang diberikan kepada siswa dimulai dari soal-soal yang mudah menuju ke soal-soal yang lebih sulit. Hal ini dilakukan dengan bimbingan dari guru, dimana guru terlebih dahulu memberikan contoh cara menyelesaikan soal secara berstruktur dan baik. Selanjutnya siswa diperintahkan untuk menyelesaikan soal-soal yang sejenis dengan soal yang telah diselesaikan oleh guru. Dengan demikian, para siswa akan merasa terbimbing secara baik dan dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru dengan benar.

Dalam kaitannya dengan metode mengajar, metode latihan berstruktur ini merupakan kombinasi dari metode latihan dan metode pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kecakapan mental dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya melalui latihan yang dibuat secara berstruktur, sehingga mereka terlatih untuk berpikir secara lebih sistematis, logis, teliti, dan teratur.

Adapun tujuan metode latihan berstruktur menurut Slameto (1995) secara khusus diuraikan sebagai berikut:

1. Siswa memiliki ketrampilan motorik/gesit seperti menghafal, menggunakan alat-alat dan lain-lain.

2. Mengembangkan kecakapan intelektual seperti megalikan, membagi, menjumlakan dan mengurangi.

3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal yang lain seperti hubungan sebab akibat tujuan belajar.

Apabila seorang guru akan menerapkan secara terpadu metode latihan berstruktur dan pengajaran langsung akan nampak pada saat membimbing siswa melakukan pengetahuan dan keterampilan secara terstruktur dan pada saat membimbing pelatihan lanjutan. Menurut Roestiyah (2001) menerapkan metode latihan berstruktur dalam pembelajaran sebaiknya memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan maksud dan tujuan latihan sebelum mereka melakukannya.

Menggunakan latihan hanya untuk materi/konsep yang dilakukan secara otomatis siswa tanpa menggunakan pertimbangan yang mendalam seperti menghafal, menghitung dan lain-lain.

Dalam latihan pendahuluan guru harus lebih dahulu harus menekankan pada diagnosa, karena pelatihan permulaan tersebut belum diharapkan siswa dapat menghasilkan keterampilan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

Guru harus memperhitungkan waktu atau masa latihan agar siswa tidak merasa bosan.




5. Model Pembelajaran Langsung

Model Pembelajaran Langsung merupakan suatu model pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa di dalam mempelajari dan menguasai ketrampilan dasar serta memperoleh informasi selangkah demi selangkah.

Tidak ada model dan strategi pembelajaran yang paling baik dan paling jelek masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada konteks situasi, kondisi atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung. Model ini sebenarnya dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, pendidikan olahraga dll. Apabila informasi atau keterampilan yang akan diajarkan terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah, model pembelajaran langsung sangat cocok dipergunakan.

Teori belajar yang paling banyak sumbangannya pada model pengajaran langsung adalah teori belajar sosial atau teori pemodelan tingkah laku. Teori tersebut dipelopori Albert Bandura yang menyatakan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain.

Para ahli teori belajar pada umumnya membagi dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Max dan Winne dalam Kardi dan Nur, 2000a). Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tantang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan ssuatu atau berbuat sesuatu. Sealanjutnya Winkel (1996) memberikan batasan bahwa pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) adalah pengetahuan tentang hal-hal yang faktual artinya merupakan suatu kenyataan atau fakta yang nyata baik berupa fakta maupun data yang terpisah-pisah, himpunan fakta, generalisasi maupun teori. Menghafal hukum-hukum atau rumus-rumus tertentu dalam bidang matemetika dan IPA adalah contoh pengetahuan deklaratif.

Untuk melaksanakan pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting yang dirangkum dalam tabel di bawah:


Untuk Lebih Jelasnya Silahkan
download
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Bilangan Berpangkat melalui Metode Latihan Berstruktur dan Pengajaran Langsung
Ditulis Oleh : Iron_man
Published :
Rating : 4.9

0 comments:

Post a Comment